Krisis Perumahan Global: Harga Rumah Melonjak di 70 Kota Dunia, Generasi Muda Kehilangan Akses Hunian

🏘️ Generasi Milenial dan Z Gagal Memiliki Rumah di Tengah Inflasi Perumahan Global

Laporan terbaru dari UN-Habitat dan OECD menyatakan bahwa dunia tengah menghadapi krisis kepemilikan rumah terbesar sejak 2008. Di lebih dari 70 kota besar dunia, harga properti melonjak hingga 30–80% dalam tiga tahun terakhir, menjadikan hunian layak sebagai barang mewah bagi generasi muda.


📈 Kota-Kota dengan Kenaikan Harga Tertinggi

  • Seoul, Korea Selatan: kenaikan 74% sejak 2022

  • Toronto, Kanada: lonjakan 63% dalam 2 tahun terakhir

  • London, Inggris: rata-rata harga rumah mencapai £780.000, tertinggi dalam sejarah

  • Jakarta, Indonesia: kawasan elit dan TOD naik 52%, rumah subsidi makin langka

  • Sydney dan Melbourne: properti tapak makin tak terjangkau bagi warga lokal


💸 Faktor Pemicu Lonjakan Harga

  1. Keterbatasan pasokan tanah perkotaan dan lambatnya pembangunan rumah terjangkau

  2. Investasi asing dan spekulasi properti digital melalui tokenisasi aset real estat

  3. Perpindahan pasca-pandemi ke kota besar, meningkatkan permintaan di pusat kerja

  4. Kenaikan suku bunga dan inflasi material bangunan menambah beban biaya pembangunan


🏚️ Dampak Sosial Ekonomi

  • Orang muda dan kelas pekerja semakin terpinggirkan ke pinggiran kota dan wilayah tanpa infrastruktur memadai

  • Tren “adulting delay”: lebih banyak generasi Z yang tetap tinggal bersama orang tua hingga usia 30-an

  • Tingkat tunawisma naik signifikan di kota seperti Los Angeles, Paris, dan Manila

  • Munculnya fenomena “urban exodus terbalik”, di mana warga kota kembali ke desa dengan skema komunitas bersama


🏠 Solusi dan Inisiatif

  • Berlin dan Amsterdam membekukan harga sewa dan melarang kepemilikan ganda oleh investor asing

  • Singapura memperketat aturan rumah kosong dan memberi insentif untuk rumah sewa jangka panjang

  • Tokyo berhasil menjaga harga tetap rendah lewat supply hunian vertikal dan zoning fleksibel

  • Di Afrika Selatan dan Brasil, muncul model perumahan komunitas modular dengan biaya rendah


🧭 Pandangan Ahli dan Masa Depan Akses Hunian

Ekonom perumahan memperingatkan bahwa jika tren ini terus berlanjut, akan tercipta generasi “tanpa aset” secara permanen, yang berisiko memicu ketimpangan sosial dan politik ekstrem. PBB mendorong negara-negara untuk menyusun Undang-Undang Akses Hunian Layak sebagai hak dasar manusia.


📌 Kesimpulan

Krisis perumahan bukan hanya soal angka—ia menyangkut martabat hidup, keamanan keluarga, dan kesetaraan antar generasi. Dunia harus bergerak lebih dari sekadar membangun rumah: kita perlu membangun sistem hunian yang adil, inklusif, dan berkelanjutan untuk masa depan yang bisa dihuni semua orang.

Related Posts

Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Juli 2025: 200.000 Orang Terdampak, Gencatan Senjata Gagal Bertahan

Pada 24 Juli 2025, ketegangan berkepanjangan antara Thailand dan Kamboja di perbatasan yang disengketakan meledak menjadi konfrontasi militer besar-besaran. Dalam lima hari pertempuran sengit, sedikitnya 43 orang tewas dan lebih…

ASEAN: Dampak Saling Balas Tarif antara AS & China dan Implikasinya bagi Ekonomi Regional

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menjadi sorotan utama dalam ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Salah satu dampak terbesar dari perselisihan ini adalah serangkaian tarif yang…

You Missed

Sahabat Setia – Andien: Kisah Persahabatan Abadi

Tak Bisa Memiliki – Sammy Simorangkir: Cinta yang Gagal

Persela Lamongan Tampil Solid, Kalahkan Bhayangkara FC di Kandang

Arema FC Tunjukkan Ketangguhan Saat Mengalahkan PSIS Semarang

Firasat – Marcell: Intuisi tentang Cinta yang Hilang

Judul: “Pertaruhan Tak Terkalahkan: Persija vs Malut United di JIS, Duel Dua Calon Juara dengan Segudang Pemain Brasil”