ASEAN: Dampak Saling Balas Tarif antara AS & China dan Implikasinya bagi Ekonomi Regional

Babak Baru Relasi ASEAN-China - Kompas.id

Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China telah menjadi sorotan utama dalam ekonomi global selama beberapa tahun terakhir. Salah satu dampak terbesar dari perselisihan ini adalah serangkaian tarif yang dikenakan oleh kedua negara terhadap barang-barang impor satu sama lain. Ketika kedua raksasa ekonomi ini terlibat dalam kebijakan saling balas tarif, negara-negara di kawasan Asia Tenggara, terutama anggota ASEAN, turut merasakan dampaknya. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana kebijakan tarif antara AS dan China mempengaruhi negara-negara ASEAN dan bagaimana kawasan ini menanggapi perubahan dinamika perdagangan tersebut.

Latar Belakang Perang Dagang AS-China

Perang dagang antara AS dan China dimulai pada 2018, ketika pemerintahan AS, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, mengenakan tarif tinggi pada barang-barang China untuk menanggapi dugaan praktik perdagangan yang tidak adil dan pencurian kekayaan intelektual. China membalas dengan tarif serupa pada produk-produk AS. Meskipun beberapa perjanjian perdagangan dicapai antara kedua negara pada 2020, ketegangan tarif tetap ada, dengan kebijakan baru yang terus diperkenalkan.

Dampak Saling Balas Tarif pada Negara-Negara ASEAN

Sebagai kawasan dengan sejumlah negara berkembang dan ekonomi yang terintegrasi dalam rantai pasokan global, ASEAN tidak terhindar dari dampak perang dagang ini. Berikut adalah beberapa dampak utama yang dirasakan oleh negara-negara ASEAN:

  1. Perubahan Aliran Perdagangan dan Diversifikasi Rantai Pasokan

    Negara-negara ASEAN telah menjadi alternatif bagi perusahaan yang mencari diversifikasi rantai pasokan di luar China. Seiring dengan tarif yang tinggi yang dikenakan pada produk-produk China di pasar AS, banyak perusahaan global mulai mengalihkan produksi mereka ke negara-negara ASEAN seperti Vietnam, Thailand, dan Indonesia. Negara-negara ini menawarkan biaya tenaga kerja yang lebih rendah serta kebijakan yang lebih ramah terhadap investasi asing.

    Negara seperti Vietnam telah menjadi penerima manfaat utama dari relokasi pabrik, terutama dalam sektor elektronik, tekstil, dan produk konsumen. Hal ini juga memperkuat posisi Vietnam dalam jaringan perdagangan global, menjadikannya salah satu ekonomi yang paling berkembang di kawasan ASEAN.

  2. Gangguan Ekspor dan Impor

    Kebijakan tarif yang saling dibalas antara AS dan China berpotensi menyebabkan gangguan dalam ekspor dan impor barang-barang di seluruh dunia, termasuk ASEAN. Negara-negara seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura, yang memiliki hubungan dagang yang erat dengan kedua negara tersebut, mengalami dampak langsung dari penurunan permintaan atau peningkatan biaya impor bahan baku dan barang setengah jadi.

    Selain itu, tarif ini juga memperburuk ketidakpastian pasar, yang dapat mengurangi kepercayaan investor dan memperlambat pertumbuhan ekonomi regional. Negara-negara ASEAN yang bergantung pada pasar ekspor AS dan China mengalami tekanan tambahan, karena barang-barang yang sebelumnya dapat diakses dengan harga lebih kompetitif kini menjadi lebih mahal.

  3. Peningkatan Ketergantungan pada Perdagangan Dalam Negeri

    Ketegangan antara AS dan China mendorong negara-negara ASEAN untuk lebih memperkuat hubungan perdagangan internal mereka. ASEAN sendiri telah berupaya memperdalam integrasi ekonomi melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), yang melibatkan negara-negara ASEAN dan mitra utama mereka seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru. RCEP bertujuan untuk mengurangi hambatan tarif antarnegara anggota, memperkuat aliran perdagangan, dan mendorong investasi lintas batas.

    Negara-negara ASEAN juga semakin melihat pentingnya pasar domestik mereka. Dengan memperkuat pasar dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada ekspor ke negara besar, ASEAN berharap dapat menanggulangi dampak dari perang dagang antara AS dan China.

  4. Dampak pada Sektor Industri Tertentu

    Beberapa sektor industri di ASEAN merasakan dampak yang lebih besar dibandingkan sektor lainnya. Industri elektronik, misalnya, sangat terpengaruh karena banyak komponen dan produk jadi yang diproduksi di China, lalu diekspor ke AS dan negara lain. Negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan Malaysia, yang memainkan peran penting dalam rantai pasokan elektronik, harus menyesuaikan diri dengan perubahan tarif dan permintaan yang lebih fluktuatif.

    Selain itu, sektor pertanian juga terimbas, terutama bagi negara-negara seperti Thailand dan Indonesia, yang mengekspor produk pertanian ke China dan AS. Tarif yang tinggi pada produk pertanian dapat menyebabkan penurunan daya saing produk-produk tersebut di pasar internasional, mempengaruhi pendapatan petani dan eksportir.

Respons ASEAN Terhadap Perang Dagang AS-China

Di tengah ketegangan ini, negara-negara ASEAN mulai memperkuat posisi mereka dengan memanfaatkan peluang yang timbul akibat relokasi rantai pasokan dan diversifikasi perdagangan. Beberapa langkah yang diambil oleh negara-negara ASEAN antara lain:

  1. Meningkatkan Kerjasama Perdagangan Regional

    Sebagai respons terhadap ketegangan perdagangan global, negara-negara ASEAN semakin fokus pada penguatan hubungan perdagangan dalam kawasan. RCEP adalah contoh nyata dari upaya untuk memperdalam integrasi ekonomi dan memperluas perdagangan di luar ketergantungan pada AS dan China.

  2. Peningkatan Daya Tarik Investasi Asing

    Negara-negara ASEAN berusaha untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) dengan menawarkan insentif pajak, pelonggaran regulasi, dan perbaikan infrastruktur. Ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas produksi dalam negeri dan memperluas jejak global mereka di tengah ketidakpastian perdagangan internasional.

  3. Memperkuat Kerjasama dengan Mitra Non-AS dan Non-China

    Negara-negara ASEAN juga aktif menjalin hubungan dengan mitra dagang non-tradisional untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan China. Kemitraan dengan negara-negara seperti Jepang, India, dan Uni Eropa menjadi semakin penting bagi ASEAN untuk menciptakan keseimbangan dalam peta perdagangan global yang terus berubah.

Kesimpulan

Saling balas tarif antara AS dan China telah memberikan dampak signifikan bagi negara-negara ASEAN, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun, ketegangan ini juga membuka peluang bagi ASEAN untuk memperkuat posisi mereka dalam perdagangan global dengan mendiversifikasi pasar ekspor, memperdalam kerjasama regional, dan menarik investasi asing. Meskipun tantangan yang dihadapi besar, ASEAN dapat memanfaatkan dinamika global ini untuk memperkuat perekonomian kawasan dalam jangka panjang.